PERKEMBANGAN KARIER
Pandangan – pandangan tentang perkembangan karier yang dikenal dengan nama teori-teori perkembangan karier (theories of career development) mendiskripsikan jalur perkembangan jabatan dan berusaha menjelaskan kaitan antara berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan itu. Dewasa ini belum terdapat teori perkembangan karier tertentu yang seluruhnya memuaskan, baik dari segi kerangka konseptual, maupun dari segi implikasi praktis bagi konselor di institusi pendidikan. Masing-masing teori menyoroti perkembangan karier dari sudut pandang tertentu, misalnya pengaruh dari corak pendidikan dalam keluarga, pengaruh dari sosial ekonomi dalam masyarakat, dan pengaruh dari adanya kecocokan atau tidak adanya kecocokan antara kepribadian seseorang dan lingkungan jabatan. Meskipun demikian, tenaga-tenaga kependidikan harus memahami pandangan-pandangan yang telah dikembangkan, supaya dapat mendampingi yang muda dalam perkembangan kariernya dengan sebaik mungkin.
A. Pandangan-pandangan tentang Perkembangan Karier
Pandangan tentang perkembangan karier secara singkat terdapat enam pandangan tentang perkembangan karier (Career Development) dan pilihan karier (Career Choice), yang semuanya bergerak dalam lingkup ilmu psikologi terapan yang dinamakan psikologi karier atau psikologi jabatan (Vocational Psycology). Keenam pandangan itu mempunyai relevansi terhadap pendidikan karier dan bimbingan karier di sekolah, meskipun tidak semuanya memiliki gradasi yang sama. Adapun pandangan-pandangan yang dimaksud, antara lain :
1.Teori “Trait and Factor”
Ciri khas dari pandangan ini ialah asumsi bahwa orang memiliki pola kemampuan dan minat yang dapat diketahui melalui testing; dapat juga diselidiki kualitas-kualitas apa yang dituntut dalam berbagai bidang pekerjaan.
2.Pandangan Kelompok Ginzberg
E. ginzberg, S. ginzburg, S. Axelrad, dan J. herma (1951) manaruh prhatianya pada perkembangan karier. Manurut pandangan kelompok ini, pilihan jabatan tidak hanya terjadi sekali saja, melaikan mengalami suatu proses perkembangan yang meliputi jangka waktu antara 6 – 15 tahun. Dalam proses perkembangan anak dibedakan tiga fase :
a. Fase fantasi (lahir – 11 tahun)
Fase fantasi anak mula-mula hanya bermain-main saja dan permainan ini dianggap tidak mempunyai kaitan dengan dunia kerja.
b. Fase tentatif (11 – 17 tahun)
Selama fase tentatif anak mengalami masa transisi, dari sekedar berperan sambil bermain sampai menunjukan kesadaran tentang tuntutan-tuntutan yang terkandung dalam suatu pekerjaan. Fase tentatif ini dibagi kedalam beberapa sub fase, yaitu tahapan minat (interes), tahapan kemempuan (capacity), tahapan nilai-nilai (values), tahapan transisi (transition)
c. Fase realistik (17 – 25 tahun)
Pada fase ini perkembangan karier dibagi lagi dalam tiga sub fase. Yaitu tahapan eksplorasi (exploration) di mana orang muda mempertimbangkan dua atau tiga alternatif jabatan, tetapi belum dapat mengamil keputusan, tahap pemetangan (chrystallyzation), di mana orang muda mulai merasa lebih mantap kalau memangku jabatan tertentu, tahapan penetuan (specification) di mana orang muda mengembangkan keputusan tentang jabatan tertentu.
3.Pandangan Anne Roe
Anne roe juga menekankan unsure perkembangan dalam pilihan karier, lebih-lebih corak pergaulan dengan orang tua selama masa kecil dan pola pendidikan yang diterapkan oleh orang tua terhadap anak kecil. Reo menggolongkan jabatan-jabatan atas dua kategori dasar, yaitu jabatan yang berorientasi pada kontak dengan orang lain (person oriented) dan yang berorientasi pada benda-benda (non-person oriented). Contoh jabatan yang tergolong kepada kelompok yang pertama adalah jasa, bisnis, manajemen, pelayanan sosial, dan aktifitas dibidang cultural. Contoh jabatan yang tergolong pada kelompok yang kedua adalah teknologi, bekerja dilapangan seperti pertanian dan pertambangan, serta penelitian ilmiah.
4.Pandangan Donal Super
Donal super merencanakan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai suatu proses yang mencakup banyak faktor. Faktor-faktor itu untuk sebagian terdapat pada individu sendiri dan untuk sebagian terdapat dalam lingkungan hidupnya, yang semuanya berinteraksi satu sama lain dan bersama-sama membentuk proses perkembangan karier seseorang. Proses perkembangan karier dibagi atas lima tahap, antara lain :
a. Fase pengembangan (lahir – 15 tahun)
Di mana anak mengembangkan berbagai potensi, sikap-sikap, minat-minat, dan kebutuhan kebutuhan yang dipadukan dalam struktur gambaran diri (self concept strukture).
b. Fase eksplorasi (15 – 24 tahun)
Di mana orang muda memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat.
c. Fase pemantapan (25 – 44 tahun)
Bercirikan usaha-usaha memantapkan diri melalui pengalaman-pengalaman selama menjadi karier tertentu.
d. Fase pembinaan (45 – 64 tahun)
Dimana orang sudah dewasa menyesuaikan diri dalam penghayatan jabatannya.
e. Fase kemunduran (65 ke atas)
Bila orang memesuki masa pensiun dan harus menemukan pola hidup baru sesudah melepaskan jabatannya.
5.Pandangan John Holland
Pandangan holand mencakup tiga ide dasar, yang masing-masing memberikan pemahaman kepada kita dalam perkembangan karier. Tiga dasar bersama rincianya sebagai berikut :
a. Orang-orang dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh mereka mendekati salah satu diantara enam tipe kepribadian, yaitu tipe realistik (the realistic type), tipe peneliti dan pengusut (the investigasi type), tipe sosial (the sosial type), tipe pengusaha (the enterprising type), dan tipe orang rutin (convensional type).
b. Lingkungan-lingkungan, yang di dalamnya orang hidup dan bekerja, dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh lingkungan-lingkungan itu mendekati salah satu model lingkungan (a model invironment), yaitu lingkungan realistik (the realistic invironment), lingkungan penelitian dan pengusustan (the investigasi invironment), lingkungan kesenian (the artistic invironment), lingkungan pengusaha (the enterprising invironment), dan lingkungan yang bersesuasana kegiatan rutin (convensional invironment).
c. Perpaduan antara tipe kepribadian tertentu dan model lingkungan yang sesuai menghasilkan keselarasan dan kecocokan okupasional (occupational homogenoty), sehingga orang dapat mengembangkan diri dalam lingkungan jabatan tertentu dan merasa puas. Perpaduan dan pencocokan (pairing) antara tipe-tipe kepribadian dan model-model lingkungan memungkinkan meramalkan pilihan jabatan, keberhasilan, dan stabilitas sesorang dalam jabatan yang dipangku.
6.Pandangan Situasional
Pandangan ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan jabatan dan pemilihan karier. Faktor-faktor ini menyangkut lingkungan alam serta lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya. Faktor-faktor yang menyangkut lingkungan alam adalah, anatara lain keadaan geografis dan topologis daerah di mana seseorang hidup. Sedangkan faktor – faktor yang menyangkut lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya adalah, misalnya, golongan sosial ekonomi (sosial class), kelompok minoritas atau mayoritas dalam masyarakat, keadaan ekonomi Negara, pembagian tugas kaum pria dan kaum wanita dalam masyarakat (sexual roles) dan nilai-nilai kehidupan yang mewarnai kedupan budaya dapat berlingkup luas sekali seperti keadaan ekonomi Negara dan warisan budaya bangsa, sampai berlingkup terbatas seperti lingkungan keluarga inti.
Pandangan situasional ini meninjau proses perkembangan karier dan pilihan karier dari sudut sosiologis, sejauh faktor-faktor eksternal menciptakan keadaan (setuasi dan kondisi, disingkat Sikon) yang memebtasi ruang gerak individu dan membatas derajat kebebasan seseorang dalam menentukan pilihan kariernya.
B. Faktor-faktor Pokok dalam Perkembangan Karier
1.Faktor-faktor Internal
a. Nilai-nilai kehidupan (values), yaitu ideal-ideal yang dikejar oleh seseorang dimana-mana dan kapan pun juga. Nilai-nilai itu menjadi pedoman dan pegangan dalam hidup sampai umur tua dan sangat menentukan bagi gaya hidup seseorang (Life Style).
Contoh-contoh nilai kehidupan ialah meningkatkan gengsi dalam masyarakat, berwibawa demi kebaikan orang lain, mengabdi kepada sesama yang serba membutuhkan, mencapai taraf prestasi tinggi demi harga diri, lepas dari dikagumi oleh orang lain, mencari kepuasan dalam memiliki kekayaan, mencari kesenangan bagi diri sendiri, menggali ilmu dengan belajar banyak, dan meningkatkan pengaruh agama dalam masyarakat.
b. Taraf iteligensi, yaitu taraf kemampuan untuk mencapai prestasi-prestasi yang didalamnya berpikir memegang peranan.
c. Bakat khusus, yaitu kemempuan yang menonjol di suatu bidang usaha kognitif, bidang keterampilan, atau bidang kesenian.
d. Minat, yaitu kecenderungan yang agak menetap pada seseorang untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan bidang itu.
e. Sifat-sifat, yaitu cirri-ciri kepribadian yang bersama-sama membberikan corak khas pada seseorang, seperti riang gembira, ramah tamah, teliti, terbuka, fleksibel, tertutup, lekas gugup, pesimis, dan ceroboh.
f. Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki tentang bidang-bidang pekerjaan dan tentang diri sendiri.
g. Keadaan jasmani, yaitu cirri-ciri fisik yang dimiliki seseorang seperti tinggi badan, tampan dan tidak tampan, ketajaman penglihatan dan pendekatan baik atau kurang baik, mempunyai kekutan otot tinggi atau rendah, dan jenis kelamin.
2.Faktor-faktor Eksternal
a. Masyarakat yaitu lingkungan sosial budaya di mana orang muda dibesarkan.
b. Keadaan sosial ekonomi Negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan ekonomi yang lamban atau cepat; stratifikasi mayrakat dalam golongan sosial ekonomi tinggi, tengah, dan rendah; serta diversifikasi masyarakat atas kelompok-kelompok yang terbuka atau tertutup bagi anggota dari kelompok lain.
c. Status sosial ekonomi keluarga, yaitu tingkat pendidikan orang tua, tinggi rendahnya pandangan orang tua, jabatan ayah atau ayah dan ibu, daerah tempat tinggal, dan suku bangsa.
d. Pengaruh dari anggota-anggota keluarga besar dan keluarga inti.
e. Pendidikan sekolah, yaitu pandangan-pandangan yang dikomunikasikan kepada anak didik oleh staf tenaga-tenaga bimbingan dan pengajar mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam bekerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan-jabatan dan kecocokan jabatan tertentu untuk anak laki-laki anak perempuan.
f. Pergaulan dengan teman-teman sebaya, yaitu pendangan-pandangan dan harapan-harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari.
g. Tuntutan-tuntutan yang melekat pada jabatan-jabatan dan pada program-program studi atau latihan, yang mempersiapkan seseorang untuk diterima pada jabatan tertentu dan berhasil di dalamnya.
C. Implikasi-implikasi bagi Bimbingan Karier di Institusi Pendidikan
1. Perkembangan karier merupakan salah satu segi dari keseluruhan proses perkembangan orang muda dan pilihan-pilihan yang menyangkut jabatan dimasa depan berlangsung selaras dengan perkembang karier.
2. Pilihan jabatan tidak dibuat sekali saja dan tidak didefinitif dengan sekali memilih saja
3. Konseling karier, yang berlangsung dalam pertemuan pribadi antara konselor dan konseling dan kerap terfokuskan pada permasalahan mengenai pilihan program studi/atau pilihan jabatan, akan berlangsung lebih lancer bilamana orang muda telah disiapkan melalui bimbingan karier secara kelompok untuk menghadapi saat-saat hrus dibuat suatu pilihan diantara beberapa alternative.
4. Pendekatan karier dan bimbingan karier tidak dapat dilepaskan dari gaya hidup yang dicita-citakan oleh orang muda bgi dirinya sendiri (Life Style orientation).
Jumat, 02 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar